
Banyuwangi yang terletak disebelah timur
pulau jawa telah ditahbiskan menjadi kota terprogressif dalam dinamika seni dan
tradisi di indonesia


SEJARAH :
Gandrung wanita pertama yang dikenal dalam sejarah adalah gandrung Semi,
seorang anak kecil yang waktu itu masih berusia sepuluh tahun pada tahun 1895.
Menurut cerita yang dipercaya, waktu itu Semi menderita penyakit yang cukup
parah. Segala cara sudah dilakukan hingga ke dukun, namun Semi tak juga kunjung
sembuh. Sehingga ibu Semi (Mak Midhah) bernazar seperti “Kadhung sira
waras, sun dhadekaken Seblang, kadhung sing yo sing” (Bila kamu sembuh, saya
jadikan kamu Seblang, kalau tidak ya tidak jadi). Ternyata, akhirnya Semi
sembuh dan dijadikan seblang sekaligus memulai babak baru
dengan ditarikannya gandrung oleh wanita.
Menurut catatan sejarah, gandrung pertama kalinya ditarikan oleh para lelaki
yang didandani seperti perempuan dan, menurut laporan Scholte (1927), instrumen
utama yang mengiringi tarian gandrung lanang ini adalah kendang. Pada saat itu, biola telah digunakan. Namun demikian,
gandrung laki-laki ini lambat laun lenyap dari Banyuwangi sekitar tahun 1890an,
yang diduga karena ajaran Islam melarang segala bentuk transvestisme atau
berdandan seperti perempuan. Namun, tari gandrung laki-laki baru benar-benar
lenyap pada tahun 1914, setelah kematian penari terakhirnya, yakni Marsan.
Menurut sejumlah sumber, kelahiran Gandrung ditunjukkan
untuk menghibur para pembabat hutan, mengiringi upacara minta selamat,
berkaitan dengan pembabatan hutan yang angker.
Tradisi gandrung yang dilakukan Semi ini kemudian diikuti oleh adik-adik
perempuannya dengan menggunakan nama depan Gandrung sebagai nama panggungnya.
Kesenian ini kemudian terus berkembang di seantero Banyuwangi dan menjadi ikon
khas setempat. Pada mulanya gandrung hanya boleh ditarikan oleh para keturunan
penari gandrung sebelumnya, namun sejak tahun 1970-an mulai banyak gadis-gadis
muda yang bukan keturunan gandrung yang mempelajari tarian ini dan
menjadikannya sebagai sumber mata pencaharian di samping mempertahankan
eksistensinya yang makin terdesak sejak akhir abad ke-20.
Asal istilah :
Kata
""Gandrung"" diartikan sebagai terpesonanya masyarakat Blambangan
yang agraris kepada Dewi Sri sebagai Dewi Padi yang membawa kesejahteraan bagi masyarakat
0 komentar:
Posting Komentar